Kamis, 18 November 2010

benar-benar ujian

Hari ini, ujian SOCA blok 15..tentang neurosensori..
yaitu berisikan THT, mata, kulit dan saraf yang di paket jadi satu, dalam 1 bulan lebih sudah harus menguasai semuanya, dengan rata2 1 jam pelajaran eg: saraf cm di pelajari 1 hari *amazing....

Saya masih ingat dengan ujian saya yang paling buruk, setidaknya terburuk sebelum hari ini, yakni pada blok 4.
Pada saat itu, saya memang kurang siap, saya mendapat kasus tentang edema dan saya tidak memiliki bahan tentang edema.

ketika saya di hadapkan skenario, jujur saya tidak tahu harus menulis apa. Kertas saya kosong (untuk present) bukan karena saya hapal di luar kepala semua yang akan saya jelaskan nantinya. Namun saya benar2 tidak tahu apapun.

Masih beruntung saat itu, saya masih bisa di jelaskan sama teman saya sebelum present di depan dosen meski tetap saja saya di lawan habis-habisan.

Tanpa kuasa pun setelah itu air mata ini tak tertahankan, ujian ku yang gagal, saya menangisi kebodohanku. Semua teman menenangkanku, pengalaman yang membuat saya malu seumur hidup dengan Dr. erial.

Terlepas dari kejadian tsb tentu saja, saya tidak ingin terulang lagi, cukup sudah dengan kertas kosong, sintesis yang kosong

Lalu, blok ini saya memang kurang menguasai, tidak tahu kenapa tapi memang saya tidak punya minat untuk penyakit pada blok ini lain halnya dengan paru dan jantung.

Walaupun begitu, tentu saja saya tidak ingin kejadian pahit yang dulu pernah terjadi bakal terulang. Memang terlambat untuk mempelajari semuanya dalam 1 minggu, namun aku tak akan putus asa, akhirnya Alhamdulillah meski tak seluruhnya saya paham, namun saya sudah membahas semua penyakit yang berhubungan dengan blok ini, okelah tidak semua penyakit, paling tidak semua penyakit yang di ajarkan sudah termasuk.

Pukul 3 dini hari, tak terasa petugas ronda telah memukul kentongnya mungkin lebih dari 3 kali, akhirnya aku bisa tidur dengan tenang.
TIdak lupa pula selain usaha meski belum terlalu maksimal, saya tak lupa mengirinya dengan berdoa. Jika saya berdoa menginginkan "Ya Allah jangan sampai saya mendapat kasus A" entah kenapa saya mendapat kasus A..Jika saya meminta jangan dapat kasus B, maka saya mendapat kasus B.

Apakah Tuhan sedang bercanda dengan saya atau ingin bermain2..entahlah, saya pun hanya bisa pasrah dan tawakal. sehingga pada kali ini, saya tidak akan berdoa ingin kasus A, atau tidak ingin kasus B..maka saya berdoa "ya Allah, tentulah Engkau Maha Tau dan Maha berkuasa, maka kali ini berikanlah yang terbaik bagi saya, apapun skenarionya, siapapun dosennya, berikanlah yang terbaik buat hamba"

Saya cukup yakin, karena saya pikir belum ada penyakit yang luput saya bahas, karena materi yang di ajarkan semuanya sudah saya bikin ringkasan termasuklah tentang THT, mata, kulit dan saraf.

Namun nasib berkata lain, saya menyadari tentu saja bukan kesiapan yang di perlukan namun faktor "luck" sangat menjanjikan pada kesuksesan.

Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup saya belajar di kedokteran ini, saya mendapat giliran pertama menuju ruang soca, secara mental saya belum merasa siap karena biasanya saya mendapat giliran ke-4 atau ke-5.

Pemilihan skenario berdasarkan undian, kita sebelumnya tidak mengetahui skenario apa dan bagaimana, karena saya kelompok 10, dalam hal ini di panggil terakhir, maka kertas yang saya dapatkan (kertas undian) adalah yang terakhir.

dari sini saya sudah mendapat feel yang udah gak enak. Setelah saya baca sekali, saya langsung tahu kasus ini tentang saraf, tidak pernah ada pada kasus yang di bahas pada tutorial, tidak pernah ada pada penyakit yang di ajarkan pada kuliah.

Pandangan saya langsung sempit, tiada satu pun buku yang saya bawa (saya membawa 5 buku ) membahas tentang gejala seperti pada kasus. Pikiran saya berputar dengan hebatnya mencoba untuk tenang, tentu saja saya panik!!

Saya telah mempelajari tentang penyakit kulit dari psoriasis, leprosy, sampe yang berdasar etiologi jamur, bakteri, virus dll.. penyakit mata seperti katarak , glaukoma, kelainan refraksi, infeksi, inflamasi dll, serta THT spt OMA, OMSK, presbiaskusis dan segala macam tuli.

Kenapa saya harus mendapat tentang saraf? saya memang kurang memahaminya, mungkin itulah kesalahan saya, Namun masih mending jika kasus nya pernah ada di tutorial, paling tidak pernah di ajarkan meski hanya di sebut judulnya saja. Segera otak saya berpikir cepat tentang apa kasus tsb.

Waktu terus berlalu, dengan 30 menit waktu yang di berikan untuk menulis, kertas saya masih kosong pada menit ke 18 (paling tidak saya masih bisa menulis sampai problem analysis)

Tanpa terasa, saya benar-benar panik, saya membayangkan semua yang saya pelajari nihil, tidak ada sangkut pautnya dengan kasus ini, buku2 yang saya baca tiada satu pun yang mengena, tanpa terasa mata saya berair..lama kelamaan semakin deras, di saat teman saya meinta kertas tambahan,..kertas saya masih kosong.

Bayang-bayang kebelakang menghantui saya,setelah usaha saya yang menghabiskan banyak tenaga, uang dan waktu namun kenapa tidak satu pun yang saya pelajari masuk dalam ujian. Saya membayangkan bagaimana ke depannya, lantas mau menjelaskan tentang apa,semakin saya memikirkannya semakin deras air mata saya.

Semua pun menatap, sungguh betapa malunya saya, orang-orang pasti berpikir betapa bodohnya anak itu, cengeng, dsb. Saya duduk di deretan paling kanan depan, sehingga semua orang bebas menatap saya, posisi yang sangat bagus..hhaah

Saya teringat dengan soca terburuk pada blok 4, memang saya juga menangis saat itu, tapi saya masih bisa menahannya sampai setelah ujian selesai, namun kali ini saya benar2 merasa kasihan pada diri saya sendiri.

Pada saat menulis pada kertas present, ingin rasanya saya menanyakan pada teman di sebelah saya, namun dia cuma menggubris "Bentar y Shaf, aku juga belum", atau pada teman saya sylvia, tapi jaraknya terlalu jauh untuk menanyakannya dan ia terlalu sibuk dengan kasusnya sendiri.

Saat itu saya menyadari satu hal, di sini saya tidak bisa menganddalkan teman, menjadi dokter tentu saja harus bisa menghadapi semuanya sendiri, tidak mungkin pada saat ada kasus kecelakaan misalnya, saya harus menanyakan dahulu pada teman apa diagnosisnya.

Akhirnya saya cuma bisa pasrah, tapi saya seperti orang yang disorentasi, hilang tujuan, seperti mengalami akhir dunia, maut sudah di depan saya, bagaimana saya bisa menghadapi dosen dengan modal kertas dan otak kosong. Saya menangis sejadi-jadinya di toilet, bapak yang menjaga pun tak kuasa melihat saya (betapa menyedihkannya saya) mengambilkan segelas air putih dan menenangkan saya.

Seperti yang sudah saya duga, saya di lawan habis2an, baru kali ini saya merasa benar2 lama di dalam ruangan sempit tersebut. Panik, takut, semuanya campur aduk. Mulai dari memasang kertas saja saya gugupnya setengah mati, sampai Dr. Swanny membantu memasangkan kertasnya, sungguh saya telah menyianyiakan dosen sebaik mereka.
Bahkan tentang ilmu paling dasar pun saya lupa saking gugupnya. (hampir lupa dengan vesika urinaria)

Dengan pengetahuan saya yang terbatas, saya sedikit mengarang bebas sesuka hati saya, entah benar atau salah, mereka hanya menggeleng-gelengkan kepala sampai mengata-ngatai saya.

Ternyata saya tidak sendiri, semua teman saya yang mendapat kasus sama mengalami hal serupa, tapi tentunya saya lah yang paling bego sampai menangis.(ada juga sih yg nangis tapi mungkin menangis ketika menulis baru sayalah yang melakukan)

Saya menyadari ini merupakan suatu ujian buat saya, benar-benar ujian kehidupan buat saya.

Kali ini saya meminta yang terbaik buat saya, dan Allah mengabulkannya, Dia memberikan kasus yang belum pernah saya temui untuk membuat saya belajar,
Dia memberikan saya kesempatan maju pertama kali untuk menyadari bahwa kita harus siap kapanpun juga, saya tidak bisa santai seperti biasanya yang dapat giliran tengah2 terus.

Lalu Dia membuat saya menyadari, inilah kehidupan, inilah realita, kita tidak selamanya bergantung pada teman.

Entah misteri2 apa yang telah Dia lakukan terhadap saya, namun saya menyadari, Dia mengabulkan permintaan saya meski dengan cara yang tidak saya inginkan.

Mungkin inilah sesungguhnya ujiannya, setelah semua usaha saya selama ini, Dia hadapkan dengan ujian seperti itu mungkin untuk melihat apakah saya bisa terus bangkit, ataukah saya menyadari bahwa semuanya sia-sia belaka sehingga berhenti berusaha.

Wallahua'lam,
Kita tidak akan pernah tahu rencana-rencana Nya, kita hanya bisa terus memohon pada Nya

Meski diri saya belum sepenuhnya bisa menerima kegagalan saya sampai saat ini, namun saya harus menghadapi realita besok ujian OSCE. Tidak ada istirahat, dengan kondisi saya seperti ini, saya harus bisa mengatasinya secepat mungkin atau saya akan gagal untuk yang kesekian kalinya.

"Ya Allah, berikanlah yang terbaik bagi hamba"
Jika saya memang pantas untuk mengulang, semoga hal tersebut memang lebih baik.
Memang nilai bukanlah segalanya, mungkin pada ujian SOCA faktor "luck" berperan besar, saya mungkin tidak bisa sama sekali untuk kasus yang saya dapat, tapi tentu saja yang saya pelajari selama ini bukanlah hal yang sia-sia.

Itulah mengapa segala usaha kita tergantung dengan niat awal kita. Jika belajar demi nilai tentu saja akan sangat terpuruk seperti saya.
Namun jika belajar niatnya memang untuk mencari ilmu mengharapkan ridho Nya, tentu kita tidak akan pernah mengeluh, tahap inilah yang mesti kita capai.

Semoga semua ini bisa menjadi pelajaran dan saya berharap esok lebih baik dari hari ini. Kesalahan kemarin, semoga tidak akan terulang pada hari esok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...