Rabu, 19 Oktober 2011

SPSS

oh SPSS
what the hell is that?

Hari ini ujian SPSS, buat orang statistik atau mungkin orang-orang IT, SPSS mungkin semudah membalik telapak tangan, tapi bagi mahasiswa kedokteran yang bahkan diajarin SPSS dalam 1 hari?1jam?waktu belajarnya kemarin mati lampu pula??

Terdengar isu kakak tingkat, ujian praktek SPSS bakal seseram itu, dan banyak yang gak lulus, saya dan teman-teman selalu mengulang latihan skill lab, mencoba membiasakan diri dengan SPSS, di saat sudah mulai memahami SPSS dan mulai menyukasi SPSS..ujian

Dan...WHAT THE HELL?????
ujiannya 25 soal dengan waktu SEJAM??dan itu harus di salin semua tabel2nya ke dalam kertas polio...semuanya hanya SEJAM?? Okelah ada tambahan waktu sedikit, tapi ya tetep aja kurang
soalnya gak susah, meski kayaknya saya dapet kebagian soal random yang paling susah, tapi SEJAM LHOOOO

Alhasil apa?yaah bisa dibayangkan...
sejam itu cuma waktu buat ngolah data, belum lagi ngitung intervalnya yang nilainya desimal2 'cantik' dan itupun tadi leppie sempet eror.. T___T udah setengah jalan ngolah data, dia ngehang gak bisa add value..alhasil ngulang dari awal OMG!! dan nyalinnya itu kayak kebelet banget, ntah tulisan tangan udah kayak cacing, semoga masih bisa kebacalaah..
pokoknya ujian hari ini itu sesuatu bangeet..

Jadi intinya, meski udah latihan SPSS jg, mau selihai apapun kalo waktunya gak memadai yah gak bisa lah, tapi yang penting meski nilainya dubia ad malam, ilmu SPSS tetap melekat di hati *halah lebay..


Minggu, 09 Oktober 2011

copas

Ini hasil copas dari kompasiana. Ini untuk semua mahasiswa FK. Bukan bentuk provokasi, hanya mengingatkan agar kita kembali meluruskan niat kita. :)

Assalamu’alaikum, teman sejawatku ini ada secarik surat yang tidak ada salahnya teman sejawatku mahasiswa kedokteran dan para dokter untuk dibaca. Ayo cekidot baca dan hayati :

Rekan sejawat yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.

Mungkin fakultas lain lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah

Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.

Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…

NB :

Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.

Kamis, 06 Oktober 2011

Diam

tanyakan pada hujan
dan
awan
dan
kelam

senja menyulam
suram
dan
malam

terdiam

......

I Love You

angin berhembus
mengatupkan matanya..
membisikan kata

"I love You"

dan kucing kecil terlelap

Rabu, 05 Oktober 2011

MARI

Sutardji Calzoum Bachri

Mari pecahkan botolbotol
Ambil lukanya
Jadikan bunga

Mari pecahkan tik-tok jam
Ambil jarumnya
Jadikan diam

Mari pecahkan pelita
Ambil apinya
Jadikan terang

Mari pecahkan rodaroda
Kembalikan asalnya
Jadikan jalan

Mari kembali
Pada Adam
Sepi pertama
Dan duduk memandang
Diri kita
Yang telah kita punahkan
Ada dan tiada
Yang disediakan Adam pada kita

Minggu, 02 Oktober 2011

Enduring

Every warrior of the light has been afraid to enter a combat.
Every warrior of the light has betrayed and lied in the past.

Every warrior of the light has lost faith in the future.
Every warrior of the light has trodden a path which was not his own.

Every warrior of the light has suffered because of unimportant things.
Every warrior of the light has doubted that he is a warrior of the light.

Every warrior of the light has failed in his spiritual obligations.
Every warrior of the light has said yes when he meant no.

Every warrior of the light has hurt someone he loved.

That is why he and she are warriors of the light:
They had endured all this without losing the hope to improve.

~Paulo Coelho
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...